Senin, 05 November 2012

MASIHKAH SERPIHAN ITU MEMBUTAKANMU?


Entah mengapa suara ini membuatnya semakin mengakui bahwa takkan ada lagi sebuah pengharapan. Pengharapan yang tak akan datang meski ia menunggu hari-hari itu. Kenyataannya malah semakin memburuk dan memburuk. Bahkan angin-angin yang menyapu jilbabnya kini berubah menjadi serpihan-serpihan debu yang tak akan pernah bersahabat. Terkadang menyapu jilbabnya hingga tersingkap kulit mulus dibalik jilbabnya. Terkadang mengenai mata hingga perih tak tertahan memedihkan mata hingga mengeluarkan tetes demi tetes air mata.

Dia selalu berusaha bertahan di dalam ketidaknyamanan. Berharap seutas tali yang mengikat ini tak membuatnya terhalangi tuk berlari menggapai matahari. Kecintaannya kepada saudara seimannya tak pernah hilang dari lubuk hatinya. Meski goresan selalu terukir di relung hatinya. Kecintaannya kepada saudara seimannya semakin mendalam. Meski coretan-coretan tak bertinta mengotori lembar-lembar kehidupannya. Seorang perempuan yang sangat lemah itu kini hanya bisa menghargai dirinya sendiri yang masih bisa mencintai karena ketulusan. 

Ia meyakini cintanya karena Ilahi tak membuatnya mundur bahkan tersungkur diantara beribu masyarakat dengan berbagai keeksotisan dan berlebih-lebihan. Ia meyakini, memberi sebuah pengantaran pengkaderan kehidupan dengan bahasa, tingkah laku dan tutur kata yang lembut dapat mengubah pemahamannya. Ia percaya meski lama , kelak apabila temanku paham. Ia akan menyadari dan selamanya akan menjadi kemenangan yang sejati. 

Entah mengapa, ia sungguh percaya bahwa saudaranya pasti akan menjadi lebih baik. Entah mengapa, ia sungguh meyakini saudaranya kan menjadi seseorang yang di tingkah lakunya seperti tauladan Islam. Entah mengapa , ia rela merasakan sedih, menangis lalu tenggelam karena saudara seimannya. Hal ini ia lakukan karena ia percaya ia tidak hidup lama. Seakan dedaunan yang tumbuh berkembang kemudian menguning dan tumbang. Kini baru ia sadari ternyata slogan kehidupannya adalah :

LEBIH BAIK MENANGIS KARENA TELAH BERJUANG MENAHAN SEGALANYA DENGAN IKHLAS KARENA MENCEGAH KEMUNGKARANA, DARIPADA BAHAGIA MELIHAT SEGALA KETERJERUMUSAN MENGANGA DI SELURUH SUDUT PENJURU YANG ADA DI SEKELILINGNYA.

Kini entah mengapa, semakin ia menangis. Semakin ia tak menyadari bahwa kekuatan Rabb yang menyilaukan kini bertebaran di sekujur tubuhnya. Menambahkan segenap kesabaran, ketundukan dan semangat perjuangan dalam kemuliaan. 

Karena ketidak tahuannya akan Sang Pecinta, kini ia hanya menangis dan masih menangis. Sungguh katanya , “ mengapa jaman ini benar2 tlah berubah. Yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar. Atau apakah aku tak tahu “benar” itu yang seperti apa. Bila benar itu adalah berpacaran, menyakiti hati dengan bahasa, memusuhi dengan sesuatu yang tak beralasan, berkubu-kubu, menghambur-hamburkan waktu, maka jelas dgn segenap hati aku takkan memilihnya. Meski saudara seiman yang kucintai melukai ku hingga air mata tak henti-hentinya membasahi pipiku. Aku hanya ingin mengatakan. Cukup Allah bagiku, yang mengatur kodratku dan kodratmu saudara”. Mendengar ini aku pun tak kuat menahan air mata yang sudah dari tadi berada diujung mataku. Tangis ku pun karena aku tak bisa menggapai tangannya, tetapi karena kesungguhannya mencintai , bertahannya dalam menunggu pengaharapan mulia. Kesabarannya dalam diam dan mengajarkan segalanya dengan kelembutan. Sungguh ingin kukatakan padanya, “saudaraku kemuliaanlah yang akan memenangkan permainan ini. Entah kapan waktu itu terjadi. Tapi aku pun ikut meyakini bahwa kemuliaan yang menang. Tapi bagiku tak sanggup menanti kapan ia terjadi. Karena aku tak bisa bertahan sepertimu”. Kembali ia mengatakan padaku, “ cantik, jangan bersedih. Ketika kau merasakan sedih atas celaan teman mu itulah KEMENANGAN, Ketika kau selalu di sindir dan itu menyakitimu itulah KEMENANGAN, Ketika kau disajikan perkataan kasar dan tingkah laku menyakitkan itulah KEMENANGAN. Maka dari itulah, mundur mu membuatku sedih karena aku tak dapat lagi melihat kemenanganmu saudaraku....”

Apakah hanya aku yang merasakan ini Rab?? Aku harap tidak. Aku ingin saudaraku yang lain pun juga ikut merasakan KEMENANGAN ini. Meski jalannya tak mudah. Cukup Engkau untukku. Aku tak akan meminta apapun kecuali Kau tak menjauh dariku. Memudahkan segala urusanku dan membangkitkan semangat perjuanganku. Perjuangan menegakkan kebenaran diatas kebeneran-kebenaran palsu. Perjaungan menegakkan kedamaian diatas kesibukan menggapai impian-impian mulia yang tiada habisnya...

Salam Cinta dan Doa untuk saudaraku yang sangat ku cintai Rabb
Salam Cinta dan Doa untuk saudaraku yang berkali membuat ku mengeluarkan air mata
Salam Cinta dan Doa untuk saudaraku yang berkali memberikan goresan kehidupan penuh kelam
Kelak senja kan tiba ia kan menyadari, dan kuberharap sebelum senja ia tlah menyadari Rabb,, bahwa aku begitu mencintainya dengan segenap sajian kebenaran yang selalu kusuguhkan...
Hanya kembali pada AlQur’an dan Assunnah lah aku belajar...
Hanya kembali padaMulah kutemui kebenaran dan kecintaan yang tidak palsu...

PadaMu Rabb, kutunjukkan
sampai disinilah cerita perjuangan

(Muslimah Gelak Senyum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar