Entah mengapa suara ini membuatnya semakin mengakui bahwa
takkan ada lagi sebuah pengharapan. Pengharapan yang tak akan datang meski ia
menunggu hari-hari itu. Kenyataannya malah semakin memburuk dan memburuk.
Bahkan angin-angin yang menyapu jilbabnya kini berubah menjadi
serpihan-serpihan debu yang tak akan pernah bersahabat. Terkadang menyapu
jilbabnya hingga tersingkap kulit mulus dibalik jilbabnya. Terkadang mengenai
mata hingga perih tak tertahan memedihkan mata hingga mengeluarkan tetes demi
tetes air mata.
Dia selalu berusaha bertahan di dalam ketidaknyamanan.
Berharap seutas tali yang mengikat ini tak membuatnya terhalangi tuk berlari
menggapai matahari. Kecintaannya kepada saudara seimannya tak pernah hilang dari
lubuk hatinya. Meski goresan selalu terukir di relung hatinya. Kecintaannya
kepada saudara seimannya semakin mendalam. Meski coretan-coretan tak bertinta
mengotori lembar-lembar kehidupannya. Seorang perempuan yang sangat lemah itu
kini hanya bisa menghargai dirinya sendiri yang masih bisa mencintai karena
ketulusan.
Ia meyakini cintanya karena Ilahi tak membuatnya mundur
bahkan tersungkur diantara beribu masyarakat dengan berbagai keeksotisan dan berlebih-lebihan.
Ia meyakini, memberi sebuah pengantaran pengkaderan kehidupan dengan bahasa,
tingkah laku dan tutur kata yang lembut dapat mengubah pemahamannya. Ia percaya
meski lama , kelak apabila temanku paham. Ia akan menyadari dan selamanya akan
menjadi kemenangan yang sejati.
Entah mengapa, ia sungguh percaya bahwa saudaranya pasti
akan menjadi lebih baik. Entah mengapa, ia sungguh meyakini saudaranya kan
menjadi seseorang yang di tingkah lakunya seperti tauladan Islam. Entah mengapa
, ia rela merasakan sedih, menangis lalu tenggelam karena saudara seimannya.
Hal ini ia lakukan karena ia percaya ia tidak hidup lama. Seakan dedaunan yang
tumbuh berkembang kemudian menguning dan tumbang. Kini baru ia sadari ternyata
slogan kehidupannya adalah :
LEBIH BAIK MENANGIS KARENA TELAH BERJUANG MENAHAN SEGALANYA
DENGAN IKHLAS KARENA MENCEGAH KEMUNGKARANA, DARIPADA BAHAGIA MELIHAT SEGALA
KETERJERUMUSAN MENGANGA DI SELURUH SUDUT PENJURU YANG ADA DI SEKELILINGNYA.
Kini entah mengapa, semakin ia menangis. Semakin ia tak
menyadari bahwa kekuatan Rabb yang menyilaukan kini bertebaran di sekujur
tubuhnya. Menambahkan segenap kesabaran, ketundukan dan semangat perjuangan
dalam kemuliaan.
Karena ketidak tahuannya akan Sang Pecinta, kini ia hanya
menangis dan masih menangis. Sungguh katanya , “ mengapa jaman ini benar2 tlah berubah.
Yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar. Atau apakah aku tak
tahu “benar” itu yang seperti apa. Bila benar itu adalah berpacaran, menyakiti
hati dengan bahasa, memusuhi dengan sesuatu yang tak beralasan, berkubu-kubu,
menghambur-hamburkan waktu, maka jelas dgn segenap hati aku takkan memilihnya.
Meski saudara seiman yang kucintai melukai ku hingga air mata tak
henti-hentinya membasahi pipiku. Aku hanya ingin mengatakan. Cukup Allah
bagiku, yang mengatur kodratku dan kodratmu saudara”. Mendengar ini aku pun tak
kuat menahan air mata yang sudah dari tadi berada diujung mataku. Tangis ku pun
karena aku tak bisa menggapai tangannya, tetapi karena kesungguhannya mencintai
, bertahannya dalam menunggu pengaharapan mulia. Kesabarannya dalam diam dan
mengajarkan segalanya dengan kelembutan. Sungguh ingin kukatakan padanya,
“saudaraku kemuliaanlah yang akan memenangkan permainan ini. Entah kapan waktu
itu terjadi. Tapi aku pun ikut meyakini bahwa kemuliaan yang menang. Tapi
bagiku tak sanggup menanti kapan ia terjadi. Karena aku tak bisa bertahan
sepertimu”. Kembali ia mengatakan padaku, “ cantik, jangan bersedih. Ketika kau
merasakan sedih atas celaan teman mu itulah KEMENANGAN, Ketika kau selalu di
sindir dan itu menyakitimu itulah KEMENANGAN, Ketika kau disajikan perkataan
kasar dan tingkah laku menyakitkan itulah KEMENANGAN. Maka dari itulah, mundur
mu membuatku sedih karena aku tak dapat lagi melihat kemenanganmu
saudaraku....”
Apakah hanya aku yang merasakan ini Rab?? Aku harap tidak.
Aku ingin saudaraku yang lain pun juga ikut merasakan KEMENANGAN ini. Meski
jalannya tak mudah. Cukup Engkau untukku. Aku tak akan meminta apapun kecuali
Kau tak menjauh dariku. Memudahkan segala urusanku dan membangkitkan semangat
perjuanganku. Perjuangan menegakkan kebenaran diatas kebeneran-kebenaran palsu.
Perjaungan menegakkan kedamaian diatas kesibukan menggapai impian-impian mulia
yang tiada habisnya...
Salam Cinta dan Doa untuk saudaraku yang sangat ku cintai
Rabb
Salam Cinta dan Doa untuk saudaraku yang berkali membuat ku
mengeluarkan air mata
Salam Cinta dan Doa untuk saudaraku yang berkali memberikan
goresan kehidupan penuh kelam
Kelak senja kan tiba ia kan menyadari, dan kuberharap
sebelum senja ia tlah menyadari Rabb,, bahwa aku begitu mencintainya dengan
segenap sajian kebenaran yang selalu kusuguhkan...
Hanya kembali pada AlQur’an dan Assunnah lah aku belajar...
Hanya kembali padaMulah kutemui kebenaran dan kecintaan yang
tidak palsu...
PadaMu Rabb,
kutunjukkan
sampai disinilah cerita
perjuangan
(Muslimah Gelak Senyum)